MENGASUH ANAK BUKAN KOMPETISI

Ya iya lah, pasti gitu deh jawabannya. Kalau ada yang mengingatkan jika mengasuh anak itu bukan kompetisi/perlombaan. Tapi kenyataannya, kita (eh apa saya aja hihihi) sering tanpa sengaja menonjolkan kelebihan pengasuhan kita daripada orangtua lainnya. Yang ala kita ini pastinya lebih smart, lebih keren dst dst. Gak percaya? Coba tengok contoh ini :
"Eh kasian ya si X, ibunya di rumah saja tapi anak gak keurus, dikit-dikit sakit, ke dokter mulu. Kalau saya sih alhamdulillah anak-anak sehat, jadi ke dokter bisa dihitung. Makanan yg masuk ke perut anak saya semua saya yang masak, terjamin kebersihannya, gizinya, pun dimasak dg cinta. Dst dst.. bla.. bla.." padahal beda anak, beda riwayat sakitnya, anak yang punya riwayat alergi misalnya, akan lebih rentan kena batpil ketika terpapar pencetus alerginya. Padahal ibu tsb juga masak sendiri untuk anak-anaknya tapi sang tetangga nggak ngeh. Dan langsung menjudge..
"Eh, itu ibu gimana ya, kemana-kemana bawa anak, ke pasar, ke pengajian, ke bank, dst. Gak bisa apa anaknya di rumah aja. Dititip ke siapa gitu. Aku sih gak pernah bawa-bawa anak kayak gitu, emang gak kasian ama anaknya apa. Entar ilang di keramaian, baru kerasa deh nyesaknya.. bla bla bla.." padahal ibu itu terpaksa harus membawa anaknya kemana-mana, karena tidak punya asisten rumah tangga, jauh dari kerabat/sanak keluarga, tidak mau merepotkan tetangganya kalo nitip-nitip anak dst.
"Anakku sih usia sekian udah bisa jalan.."
"Anakku sih pinter udah bisa baca lancar, padahal gak saya paksa-paksa, bisa sendiri tuh..."
"Anakku sih menang lomba terus, anaknya percaya diri tinggi, karena dari kecil udah kami ajari.."

Dst dst dst.. banyak sekali komentar (kebanyakan) ibu yang tanpa sengaja menonjolkan anaknya ketika mengobrol dg ibu lainnya. Atau saat kumpul-kumpul dg para ibu, tanpa sengaja usil mengomentari kehidupan orang lain, dan seringnya membandingkan kondisi orang lain dg kondisi dirinya. Bukan berarti, saya menyuruh kita jadi orang yang cuek sama orang lain, bukan. Tapi... tahan diri untuk tidak membandingkan kondisi kita dg orang lain, berusaha memahami kondisi orang itu dahulu, jangan segera menjudge, syukur-syukur jika kita bisa membantu kesulitannya, kl blm bisa membantu, jangan nambahin dosa diri dg gosipin orang hehehe..
Kata Richard Templar di buku "The Rules of Parenting", orangtua yang suka membanding-bandingkan anaknya dg anak lain, ternyata anaknya juga akan hidup tertekan. Bagi anak, menjadi yang terunggul dari anak lain akan membuat orangtuanya bangga. Mereka akan terpacu untuk berprestasi, tapi juga akan mengalami kesedihan yang mendalam dan tertekan jika tidak berhasil berprestasi dan menganggap dirinya tidak berharga.
Padahal kompetisi yang sehat juga mengajarkan ada kemenangan dan kekalahan. Menyiapkan anak menerima kekalahan itu juga penting. Yang menyedihkan jika agar anak menang, orangtuanya menghalalkan segala cara, sikut sana sikut sini.
Eissh.. ngalor ngidul deh..
Mau siap2 dulu ah anter kk Kimmy skul..

Mohon maaf jika ada kekhilafan dalam status saya ini..
Have a nice day, every body.. muaaah..
berbagai sumber
Share on Google Plus

About Redaksi

Semua isi dalam blog ini (baik tulisan, gambar, video maupun mp3, dll) hanya bersifat koleksi pribadi dan sebagian diambil dari web terkait yang ditampilkan untuk tujuan pengetahuan, percobaan lagu, berbagi cerita bebagi rasa tentang kesukaan/ hobi/ kegemaran pada muic dan pernak perniknya - penulis/ pembuat blog tidak mendukung aksi pembajakan. - penulis/ pembuat blog tidak bertanggung jawab atau berkewajiban untuk apapun yang terjadi sebagai akibat dari membaca dan/ atau mendownload apapun dari blog ini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments: